Wayang Kulit MP3

Wayang Kulit Mp3 -- "Nguri - Uri Budaya Jawa"

Terbaru

Sabtu, 17 Juni 2017

Semar



Semar


Nama Lain:     
1.       Janggan Semarasanta,
2.      Bojagati,
3.      Dhudha Manang Unüng,
4.      Badranaya,
5.      Margaewüh,
6.      Dürdyah Puntaprasanta,
7.      Nayantaka,
8.      Prb Saronsari.
Nama Kecil: Bathara Îsmaya, Sang Hyang Punggüng.
Pusaka: Kuncüng Putîh
Kesaktian: Aji Gumbala Geni
Tinggal: Padhukuhan Karang Kadhempel / Kembang Sore
Nama Ayah: Sang Hyang Tunggal
Nama Ibu: Dw Wirandi / Dw Rakti / Dw Rekathawati.
Nama Istri: Bathari Kanastrèn / Kanastri / Kanistri / Sinduragèn / Sanggani.
Anak Kandung:
1.       Bathara Patük (Wungkuam),
2.      Bathara Temboro,
3.      Bathara Kuwera,
4.      Bathara Wrahaspati,
5.      Bathara Siwah/Sewah,
6.      Bathara Sürya,
7.      Bathara Candra,
8.      Bathara Yamadipati
9.      Bathara Kamajaya
10.   Bathari Darmastuti.
Anak Angkat:
1.       Garèng,
2.      Petrük,
3.      Bagong.
Saudara:
1.       Bathara Guru
2.      Togog.
Ciri-ciri
Semar menggunakan busana sangat sederhana, yaitu; irah-irahan gundhulan, gelang tangan dhagelan dan memakai kain dhagelan. Semarbermata rèmbès, hidung pèsèkan, bentuk mulut nyablîk, bentuk rambut kuncüng, bentuk jari tangan nudîng dan dhagelan, arah wajah lanyap dan posisi kaki rapet. Sunggingan badan berwarna emas, hitam dan lain-lain, sedangkan wajahnya berwarna emas atau putih. Semar mempunyai bentuk badansedang, berpostur gemuk, pendek dan mempunyai suara yang berubah-ubah (pada dasarnya, suara Semar adalah besar). Ciri khas Semar adalah berbicara dengan intonasi yang berubah-ubah, nada suara bervarisi (kadang tinggi dan rendah). Apabila bicara sering sambil menangis, mengejan, melenguh ataupun tertawa.
Watak
Semar berwatak pamomong yang berarti bisa bergaul, memahami dan mengasuh. Dia berpegang teguh pada prinsip untuk membela yang benar.Semar juga selalu memberi petuah-petuah kebajikan kepada ksatria yang ia asuh. Sebagai seorang pelayan, ia hanya mau mengabdi pada ksatria-ksatria yang berwatak baik. Di sisi lain, Semar juga seorang yang sering menari, menyanyi dan suka bercanda.
Cerita
Semar mempunyai umur yang panjang. Dalam kisah Ramayana dan Mahabarata, ia selalu menyertai ksatria-ksatria yang baik budinya. Semarselalu hidup dalam kesederhanaan, bertempat tinggal di desa dan hidup bersama rakyat kecil. Di tempat tersebut, ia didaulat sebagai seorang lurah, maka ia sering dipanggil dengan nama Ki Lurah Semar. Pekerjaan utamanya adalah mengasuh, memberi nasehat dan mendampingi ksatria-ksatria apabila sedang bertapa di hutan.
Ketika masih muda, Semar bernama Bathara Îsmaya/Sang Hyang Punggüng. Saudaranya adalah Sang Hyang Manîkmaya dan Sang Hyang Tejamaya. Merasa masih muda, sakti dan berwajah tampan, Îsmaya dan Tejamaya berseteru karena memperebutkan kekuasaan di Kahyangan. Keduanya sepakat untuk mengadakan sayembara, barang siapa yang dapat menelan bumi secara bulat-bulat, itulah yang pantas memimpin Kahyangan. Tejamayamengawali menelan bumi, tetapi bumi hanya sampai di tenggorokan. Ia merasa kesakitan, maka bentuk mulutnya menjadi lebar seperti mulut buaya. Bumi tersebut gagal ditelan oleh Tejamaya. Îsmaya merasa di atas angin, ia segera menelan bumi dengan penuh percaya diri. Anehnya, bumi tersebut dapat ditelan tetapi tidak dapat dikeluarkan. Sebagai akibatnya, perut dan badan Îsmaya menjadi lebar. Keduanya mengalami kesakitan yang luar biasa.
Mengetahui polah tingkah anak-anaknya, Sang Hyang Tunggal marah. Bumi dapat dikeluarkan dari badan Îsmaya. Kemarahan Sang Hyang Tunggal berlanjut, Îsmaya dan Tejamaya mendapatkan hukuman. Keduanya dihukum untuk turun ke dunia guna mengasuh ksatria-ksatria. Tejamayabertugas mengasuh ksatria yang berwatak jahat, sedangkan Îsmaya berkewajiban mengasuh ksatria yang berwatak baik. Îsmaya kemudian berganti nama menjadi Semar. Dalam perjalanan ke dunia, Semar bertemu dengan Garèng, Petrük dan Bagong. Ketiga orang tersebut kemudian diangkat sebagai anaknya.
Dalam suatu pertunjukan wayang kulit, Semar bersama anak-anaknya selalu mewarnai setiap alur cerita. Kehadirannya dapat menambah dramatika cerita menjadi menarik. Beberapa lakon yang menghadirkan Semar sebagai tokoh sentral, diantaranya adalah ; “Semar Boyong”, “Semar mBarang Jantür, “Semar Maneges”, “Semar mBabar Jati Dhiri”, “Semar mBangün Kahyangan” dan masih banyak lagi. Kehadiran Semar beserta anak-anaknya biasanya dimulai dari adegan yang bernama gara-gara. Dalam adegan tersebut, mereka bercengkerama, menari dan menyanyi untuk memberi hiburan kepada penonton. Adegan gara-gara tersebut banyak dinanti oleh sebagian penonton karena sering menampilkan humor-humor menghibur dan lagu-lagu (gendhîng dolanan).
Semar sering tampil sebagai pembela kebenaran. Bathara Guru sering dikisahkan berbuat yang tidak sesuai dengan kaidah kebenaran. Untuk itulahSemar berperan mengingatkan perilaku Bathara Guru yang menyimpang. Walaupun hanya sebagai rakyat biasa, suatu ketika Semar pernah menjadi raja bernama Prb Saronsari. Akhir hayatnya adalah dengan mati müksa, meninggal bersama hilangnya raga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar