Semar
Nama
Lain:
1.
Janggan
Semarasanta,
2.
Bojagati,
3.
Dhudha
Manang Unüng,
4.
Badranaya,
5.
Margaewüh,
6.
Dürdyah
Puntaprasanta,
7.
Nayantaka,
8.
Prb
Saronsari.
Nama
Kecil: Bathara Îsmaya, Sang Hyang Punggüng.
Pusaka:
Kuncüng Putîh
Kesaktian:
Aji Gumbala Geni
Tinggal:
Padhukuhan Karang Kadhempel / Kembang Sore
Nama
Ayah: Sang Hyang Tunggal
Nama
Ibu: Dw Wirandi / Dw Rakti / Dw Rekathawati.
Nama
Istri: Bathari Kanastrèn / Kanastri / Kanistri / Sinduragèn / Sanggani.
Anak
Kandung:
1.
Bathara
Patük (Wungkuam),
2.
Bathara
Temboro,
3.
Bathara
Kuwera,
4.
Bathara
Wrahaspati,
5.
Bathara
Siwah/Sewah,
6.
Bathara
Sürya,
7.
Bathara
Candra,
8.
Bathara
Yamadipati
9.
Bathara
Kamajaya
10.
Bathari
Darmastuti.
Anak
Angkat:
1.
Garèng,
2.
Petrük,
3.
Bagong.
Saudara:
1.
Bathara
Guru
2.
Togog.
Ciri-ciri
Semar
menggunakan busana sangat sederhana, yaitu; irah-irahan gundhulan, gelang
tangan dhagelan dan memakai kain dhagelan. Semarbermata rèmbès, hidung pèsèkan,
bentuk mulut nyablîk, bentuk rambut kuncüng, bentuk jari tangan nudîng dan dhagelan,
arah wajah lanyap dan posisi kaki rapet. Sunggingan badan berwarna emas, hitam
dan lain-lain, sedangkan wajahnya berwarna emas atau putih. Semar mempunyai
bentuk badansedang, berpostur gemuk, pendek dan mempunyai suara yang
berubah-ubah (pada dasarnya, suara Semar adalah besar). Ciri khas Semar adalah
berbicara dengan intonasi yang berubah-ubah, nada suara bervarisi (kadang
tinggi dan rendah). Apabila bicara sering sambil menangis, mengejan, melenguh
ataupun tertawa.
Watak
Semar
berwatak pamomong yang berarti bisa bergaul, memahami dan mengasuh. Dia
berpegang teguh pada prinsip untuk membela yang benar.Semar juga selalu memberi
petuah-petuah kebajikan kepada ksatria yang ia asuh. Sebagai seorang pelayan,
ia hanya mau mengabdi pada ksatria-ksatria yang berwatak baik. Di sisi lain, Semar
juga seorang yang sering menari, menyanyi dan suka bercanda.
Cerita
Semar
mempunyai umur yang panjang. Dalam kisah Ramayana dan Mahabarata, ia selalu
menyertai ksatria-ksatria yang baik budinya. Semarselalu hidup dalam
kesederhanaan, bertempat tinggal di desa dan hidup bersama rakyat kecil. Di
tempat tersebut, ia didaulat sebagai seorang lurah, maka ia sering dipanggil
dengan nama Ki Lurah Semar. Pekerjaan utamanya adalah mengasuh, memberi nasehat
dan mendampingi ksatria-ksatria apabila sedang bertapa di hutan.
Ketika
masih muda, Semar bernama Bathara Îsmaya/Sang Hyang Punggüng. Saudaranya adalah
Sang Hyang Manîkmaya dan Sang Hyang Tejamaya. Merasa masih muda, sakti dan
berwajah tampan, ÃŽsmaya dan Tejamaya berseteru karena memperebutkan kekuasaan
di Kahyangan. Keduanya sepakat untuk mengadakan sayembara, barang siapa yang
dapat menelan bumi secara bulat-bulat, itulah yang pantas memimpin Kahyangan.
Tejamayamengawali menelan bumi, tetapi bumi hanya sampai di tenggorokan. Ia
merasa kesakitan, maka bentuk mulutnya menjadi lebar seperti mulut buaya. Bumi
tersebut gagal ditelan oleh Tejamaya. ÃŽsmaya merasa di atas angin, ia segera
menelan bumi dengan penuh percaya diri. Anehnya, bumi tersebut dapat ditelan
tetapi tidak dapat dikeluarkan. Sebagai akibatnya, perut dan badan ÃŽsmaya
menjadi lebar. Keduanya mengalami kesakitan yang luar biasa.
Mengetahui
polah tingkah anak-anaknya, Sang Hyang Tunggal marah. Bumi dapat dikeluarkan
dari badan ÃŽsmaya. Kemarahan Sang Hyang Tunggal berlanjut, ÃŽsmaya dan Tejamaya
mendapatkan hukuman. Keduanya dihukum untuk turun ke dunia guna mengasuh
ksatria-ksatria. Tejamayabertugas mengasuh ksatria yang berwatak jahat,
sedangkan ÃŽsmaya berkewajiban mengasuh ksatria yang berwatak baik. ÃŽsmaya
kemudian berganti nama menjadi Semar. Dalam perjalanan ke dunia, Semar bertemu
dengan Garèng, Petrük dan Bagong. Ketiga orang tersebut kemudian diangkat
sebagai anaknya.
Dalam
suatu pertunjukan wayang kulit, Semar bersama anak-anaknya selalu mewarnai
setiap alur cerita. Kehadirannya dapat menambah dramatika cerita menjadi
menarik. Beberapa lakon yang menghadirkan Semar sebagai tokoh sentral,
diantaranya adalah ; “Semar Boyong”, “Semar mBarang Jantür, “Semar Maneges”, “Semar
mBabar Jati Dhiri”, “Semar mBangün Kahyangan” dan masih banyak lagi. Kehadiran
Semar beserta anak-anaknya biasanya dimulai dari adegan yang bernama gara-gara.
Dalam adegan tersebut, mereka bercengkerama, menari dan menyanyi untuk memberi
hiburan kepada penonton. Adegan gara-gara tersebut banyak dinanti oleh sebagian
penonton karena sering menampilkan humor-humor menghibur dan lagu-lagu (gendhîng
dolanan).
Semar
sering tampil sebagai pembela kebenaran. Bathara Guru sering dikisahkan berbuat
yang tidak sesuai dengan kaidah kebenaran. Untuk itulahSemar berperan
mengingatkan perilaku Bathara Guru yang menyimpang. Walaupun hanya sebagai
rakyat biasa, suatu ketika Semar pernah menjadi raja bernama Prb Saronsari.
Akhir hayatnya adalah dengan mati müksa, meninggal bersama hilangnya raga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar