Nama
Lain: Rêsi Seto
Nama
Kecil: R Seto
Pusaka:
Gada Kyai Pêcatnyowo
Kesaktian:
Aji Norontoko
Tinggal:
Pêrtapan Sührini (Sukorini) / Selo Pêrwoto / Pareanõm / Kasatriyan Cêmorosèwu.
Nama
Ayah: Prb Matswopati
Nama
Ibu: Dw Rêkothowati
Nama
Istri: Dw Kanekowati
Nama
Anak: R Seto tidak memiliki anak.
Saudara:
1.
R
Utoro,
2.
R
Wratsongko
3.
Dw
Utari.
Ciri-ciri
R
Seto menggunakan busana, yaitu ; irah-irahan gêlüng sapît urang, memakai pupük,
sumpîng mangkoro, memakai sampîr, kêlat bahu ngangrangan, gelang tangan
calumpringan, gelang kaki ngangrangan/binggêl, memakai celana panjang cindhe
dan memakai kain jangkahan satriyo konco bayu bermotif polèng. R Seto bermata
kêdhêlèn, hidung pidêkso, bentuk mulut salitan brêngõs, mempunyai jenggõt,
bentuk jari tangan driji jalmo, arah wajah lurüh/lanyap, posisi kaki jangkah.
Sunggingan badan berwarna emas atau putih, sedangkan wajahnya berwarna emas,
merah muda atau merah tua. R Seto mempunyai bentuk badan sedang dan bersuara
sedang.
Watak
R
Seto mempunyai watak sangat tegas, disiplin dan kebapakan. Dia juga sangat
setia kepada orang tua, negara dan bisa memahami karakter orang lain. R Seto
juga mempunyai jiwa pertapa dan gemar melakukan semedi di dalam hutan.
Cerita
R
Seto adalah ksatria yang sakti sekaligus seorang pertapa. Perpaduan itulah yang
membuat R Gathükoco bersikeras ingin menjadi muridnya. Ketika kalah berperang
melawan R Dürsolo, R Gathükoco berguru kepada R Seto. R Gathükoco merasa harus
belajar ilmu kanuragan lagi untuk bisa mengalahkan kehebatan pusaka Dhêndho Bisono
milik R Dürsolo. Setelah beberapa saat menimba ilmu, R Gathükoco diwarisi Aji Norontoko.
Dengan bekal ajian tersebut, R Dürsolo dapat gugur di peperangan akibat membela
angkara murka. Akhir riwayat R Seto adalah gugur setelah kalah bertempur dengan
Bêgawan Bîsmo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar